Notification

×

Iklan

Wisata: Panorama Danau Lau Kawar dan Kisah Duka Seorang Wanita Renta

Rabu, 23 Oktober 2024 | 11:05 WIB Last Updated 2024-10-23T04:05:42Z

ARN24.NEWS --
Lau Kawar adalah legenda yang berasal dari tanah Karo di Sumatra Utara. Lau kawar sendiri adalah nama danau yang terletak di suatu desa bernama Desa Kuta Gugung, Naman Teran, Karo.

Danau Lau Kawar dipercaya sebagai sebuah desa yang bernama Kawar. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Desa Kawar tenggelam dan kemudian berubah menjadi danau Lau Kawar. Berikut kisah selengkapnya. Pada zaman dahulu terdapat sebuah desa yang begitu 
makmur dan subur tanahnya yang bernama Desa Kawar.

Mayoritas mata pencaharian penduduk di desa itu adalah bertani. Ketika musim panen tiba, masyarakat setempat menggelar tradisi pesta besar-besaran penuh sukacita yang diisi dengan berdendang dan manortor. Para remaja laki-laki dan perempuan akan manortor secara berpasangan.

Suatu hari, Desa Kawar merayakan hasil panen besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak pagi hari, hampir seluruh masyarakat akan  merayakannya di sebuah tanah lapang dengan pakaian yang berwarna-warni. 

Sebagai bentuk rasa syukur, masyarakat sepakat untuk mengadakan pesta 'Mejuah-juah' selama seharian penuh. Melansir dari beberapa sumber, di Desa Kawar tinggal seorang wanita lanjut usia yang mengalami sakit lumpuh. Saat pesta itu tiba, seluruh anggota keluarganya mulai dari anak, menantu, hingga cucunya pergi meninggalkannya seorang diri.

Merasa ditinggal begitu saja, sang nenek terbaring kesepian, rasa sedih kemudian menyelimuti perasaannya saat itu. Tak lama, sang nenek mendengar tabuhan gondang ditabuh, suara-suara orang di luar terdengar hingga ke telinganya.

Kesedihannya pun semakin memuncak. Sang nenek yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa mendengar dan terus membayangkan apabila dirinya sehat jasmani agar ikut berpesta seperti orang-orang lainnya. Sambil terbaring, sang nenek sampai meneteskan air mata karena tidak bisa ikut manortor sepuasnya.

Setelah bunyi gondang dihentikan, seluruh masyarakat berpesta dengan menghidangkan berbagai macam lauk, salah satunya memanggang babi dan gulai sapi yang disajikan bersama nasi. Sementara itu di rumahnya, sang nenek merasakan lapar yang begitu hebat. 

Dia berharap salah satu dari anggota keluarga mereka datang menghampiri sambil membawa makanan. Akan tetapi harapan tersebut tinggal harapan. Rasa laparnya itu membuat dirinya berniat untuk turun dari ranjang dan mencoba berjalan, namun ia tidak mampu dan akhirnya tersungkur.

Sore hari, sang anak bernama Tongat teringat ibunya di rumah. Ia pun membungkuskan makanan dari pesta tersebut dan diantarkan ke rumah. Hati sang nenek pun senang ketika makanan itu tiba, akan tetapi makanan tersebut hanya sisa-sisa saja.

Parahnya, Tongat telah menyantap sedikit demi sedikit makanan untuk ibunya itu saat berjalan ke rumah. Sehingga dirinya hanya menerima sisa makanan yang sudah dimakan oleh anaknya. Merasa dirinya dianggap layaknya binatang, sang nenek menyumpahi mereka karena telah durhaka terhadapnya. 

Sontak, langit di Desa Kawar seketika mendung, kemudian terjadi hujan lebat hingga dilanda gempa bumi. Pesta tahunan ini menyebabkan seluruh masyarakat menjadi panik dan berhamburan menyelamatkan diri. Desa Kawar yang awalnya makmur dan subur itu tenggelam karena dilanda hujan selama berhari-hari. 

Beberapa hari kemudian, Desa Kawar yang telah dilanda hujan itu lantas berubah menjadi kawah besar yang dipenuhi air. (tbs/nt)