Pengantin wanita yang diantar oleh para kerabat di pesta perkawinan (Foto: Dok.Museum Pusaka Nias)
ARN24.NEWS – Setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisi yang beragam dalam melangsungkan prosesi pernikahan. Salah satunya tradisi mamahea ni'owalu, mengangkat pengantin wanita menggunakan tandu oleh masyarakat Nias.
Tahukah mengenai tradisi mamahea ni'owalu? Jika belum, kali ini kita akan mengulas tentang tradisi mamahea ni'owalu. Simak sampai akhir!
Mengenal Tradisi Mamahea Ni'owalu
Dikutip dari jurnal berjudul Makna Semiotik Mamahea Ni'owalu (Menandu Pengantin) Pada Acara Pesta Pernikahan oleh Agustinus Duha, dkk, masyarakat Nias meyakini bahwa perkawinan merupakan sesuatu yang sakral.
Memandu pengantin menjadi salah satu bentuk dari wujud sakralnya perkawinan. Kesakralan ini tercermin dalam perlakuan khusus kepada mempelai wanita yang akan ditandu dari rumahnya ke rumah mempelai pria.
Tradisi mamahea ni'owalu merupakan pertanda bahwa pernikahan yang dilakukan adalah pernikahan yang baik. Artinya, dilakukan berdasarkan kesepakatan dua belah pihak dan mempelai pria telah menyelesaikan beban serta tanggung jawabnya pada keluarga mempelai wanita. Maka dari itu, tidak ada penghalang untuk menyerahkan mempelai wanita pada keluarga mempelai pria.
Apabila tradisi ini tidak dilakukan maka yang bersangkutan dianggap bersalah atau melakukan suatu perbuatan tercela. Tradisi ini tidak diberlakukan pada mempelai wanita yang sudah hamil sebelum pernikahan, kawin lari, dan seorang janda karena sudah pernah menikah sebelumnya.
Bila tradisi ini tidak dilakukan kepada mempelai wanita yang berhak untuk ditandu, maka akan diberikan sanksi dan denda kepada keluarga mempelai pria. Sanksi atau denda yang diberikan berupa babi, emas atau uang dengan jumlah sesuai kesepakatan antara kedua belah pihak.
Proses Tradisi Mamahea Ni'owalu
Mengutip dari jurnal yang sama, bagi masyarakat Nias, mempelai pria disebut songowolu. Sedangkan, mempelai wanita disebut ni'owalu. Sesudah penyerahan mempelai wanita pada keluarga mempelai pria yang didampingi oleh orang tua kedua mempelai, selanjutnya dilakukan mamahea ni'owalu atau memandu pengantin perempuan.
Pada awal acara penyerahan mempelai wanita pada pihak mempelai pria akan diawali dengan acara famö'ö tanga. Mempelai pria mamö'ö tanga ibu mertua dengan memberikan kalung emas seberat 24 gram (mame'e ana'a sidola'öfa lahe) dan mamö'ö tanga uwu atau sibaya (paman) mempelai wanita dengan memberikan sejumlah uang.
Setelah acara famö'ö tanga selesai, mempelai perempuan diangkat oleh sibaya (paman) dari dalam kamar menuju halaman rumah, kemudian diletakkan pada sebuah kursi yang diikat menggunakan dua batang bambu sekitar 3 m pada kedua sisi kursi sebagai pegangan untuk mengangkat tandu agar pengantin tidak jatuh.
Kemudian, acara ditutup dengan nyanyi dan doa, kemudian bubar, dan mempelai wanita diangkat oleh sejumlah laki-laki dari kerabat dan keluarga mempelai pria dilakukan bergantian sampai ke rumah mempelai pria. Tradisi mamahea ni'owalu dilaksanakan setelah seluruh rangkaian acara pernikahan selesai dilakukan.
Makna Tradisi Mamahea Ni'owalu
Merujuk dari sumber yang sama, memandu pengantin menandakan sakralnya sebuah perkawinan. Kesakralan ini tercermin dalam perlakukan khusus terhadap mempelai wanita yang akan di tandu dari rumahnya menuju rumah mempelai pria.
Mempelai wanita tidak diperbolehkan berjalan sendiri, kedua kakinya tidak boleh menyentuh tanah karena saat hari pernikahannya mempelai wanita dianggap sebagai ratu. Kegiatan menandu hanya dilakukan keluarga dekat mempelai pria yang boleh menandu mempelai wanita.
Tradisi memandu pengantin dikecualikan bagi mempelai wanita yang mengandung di luar pernikahan maupun seorang janda. Hal ini karena makna sakral pada pernikahan adat Nias. (dts/sh)