ARN24.NEWS -- Dalam dunia yang semakin mengglobal, komunikasi antarbudaya yang efektif sangat penting bagi para profesional di industri pariwisata. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk melatih pemandu wisata lokal dalam komunikasi antar budaya.
Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pemandu wisata, memungkinkan mereka untuk berinteraksi lebih efektif dengan wisatawan dari berbagai latar belakang budaya, sehingga meningkatkan pengalaman pengunjung secara keseluruhan dan mempromosikan pemahaman budaya.
Dosen jurusan bahasa Inggris melalui Program Kemitraan Masyarakat LPPM Unimed bersama dengan mitra Sanggar Lingkaran, Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang sukses menyelenggarakan pelatihan komunikasi bahasa Inggris yang fokus pada komunikasi antar budaya.
Pelatihan ini menampilkan serangkaian kegiatan interaktif, termasuk presentasi, diskusi kelompok, dan praktek komunikasi di empat lokasi wisata yang ada di Desa Denai Lama. Para peserta berkesempatan untuk berbagi pengalaman mereka sendiri dan belajar dari orang lain, menciptakan lingkungan yang kaya akan rasa saling menghormati dan pembelajaran.
Pembicara utama Prof. Dr. I Wayan Dirsayasa, M.Hum., menekankan pentingnya empati dan mendengarkan secara aktif. “Memahami dan menghargai perbedaan budaya sangat penting dalam dunia kita yang semakin mengglobal. Dengan meningkatkan kemampuan komunikasi antar budaya, kita dapat membangun komunitas yang lebih kuat dan kohesif," ungkapnya, kemarin.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pemandu wisata lokal dengan memberikan pelatihan komprehensif dalam komunikasi antar budaya. Inisiatif ini dirancang untuk membekali para peserta dengan pengetahuan dan teknik yang diperlukan untuk berinteraksi secara efektif dengan para wisatawan dari berbagai latar belakang budaya, sehingga dapat menumbuhkan pengalaman yang positif dan memperkaya pengalaman bagi para pengunjung dan pemandu wisata.
Program pelatihan ini mencakup komponen teoritis dan praktis, termasuk lokakarya tentang kepekaan budaya, keterampilan bahasa, komunikasi non-verbal, dan resolusi konflik. Dengan menekankan pentingnya kesadaran budaya dan empati, kegiatan ini berupaya untuk meningkatkan kualitas layanan wisata dan mempromosikan saling pengertian dan rasa hormat di antara budaya yang berbeda.
Kepala Sanggar Lingkaran, Irwanto, SH, menyambut baik kegiatan ini dan berharap kegiatan ini bisa meningkatkan kinerja pemandu wisata, meningkatkan kepuasan wisatawan, dan komunitas yang lebih kuat dan inklusif.
Kegiatan ini juga diharapkan tidak hanya mendukung pengembangan profesional pemandu wisata lokal, tetapi juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas dari pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Program pelatihan ini terdiri dari lokakarya dan sesi interaktif, yang mencakup topik-topik: (a) Pengantar Komunikasi Antarbudaya: Memahami dasar-dasar komunikasi antarbudaya dan pentingnya komunikasi antarbudaya dalam industri pariwisata; (b) Kepekaan dan Kesadaran Budaya: Mempelajari norma, nilai, dan adat istiadat budaya yang berbeda. Sesi ini mencakup studi kasus dan diskusi tentang kesalahpahaman budaya yang umum terjadi.
Selanjutnya; (c) Keterampilan Bahasa: Frasa dasar dalam berbagai bahasa, pentingnya komunikasi non-verbal, dan teknik untuk mengatasi hambatan bahasa; (d) Komunikasi Non-Verbal: Memahami bahasa tubuh, gerak tubuh, dan isyarat non-verbal lainnya yang berbeda di berbagai budaya; (e) Resolusi
Konflik: Strategi untuk mengelola dan menyelesaikan konflik yang mungkin timbul karena kesalahpahaman budaya.
Konflik: Strategi untuk mengelola dan menyelesaikan konflik yang mungkin timbul karena kesalahpahaman budaya.
Lalu; (f) Latihan Bermain Peran: Skenario praktis di mana para peserta mempraktikkan keterampilan mereka dalam simulasi interaksi antar budaya. Pelatihan ini mencapai beberapa hasil positif: (1) Peningkatan Keterampilan: Para peserta melaporkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman
mereka mengenai komunikasi antar budaya dan merasa lebih percaya diri dalam menangani interaksi dengan turis dari latar belakang budaya yang berbeda.
mereka mengenai komunikasi antar budaya dan merasa lebih percaya diri dalam menangani interaksi dengan turis dari latar belakang budaya yang berbeda.
Selanjutnya; (2) Peningkatan Kesadaran: Pelatihan ini meningkatkan kesadaran para peserta akan keragaman budaya dan pentingnya kepekaan budaya dalam pekerjaan mereka; (3) Alat-alat Praktis: Para pemandu wisata dibekali dengan alat dan teknik praktis untuk meningkatkan komunikasi mereka dengan para wisatawan, termasuk kemampuan bahasa dan strategi resolusi konflik; (4) Umpan Balik Positif: Umpan balik dari para peserta sangat positif, dengan banyak yang menyatakan keinginan untuk mengikuti pelatihan yang lebih lanjut di masa depan.
Pelatihan komunikasi antarbudaya untuk pemandu wisata lokal merupakan inisiatif yang sukses dan telah memberikan dampak positif bagi para peserta dan komunitas yang lebih luas. Dengan meningkatkan keterampilan dan kesadaran para pemandu wisata, program ini telah berkontribusi pada
lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi para wisatawan.
lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi para wisatawan.
Sesi pelatihan di masa depan dapat dibangun di atas fondasi ini, menawarkan eksplorasi yang lebih mendalam tentang konteks budaya tertentu dan teknik komunikasi tingkat lanjut. Inisiatif ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan profesional yang berkelanjutan dalam membina industri
pariwisata yang berkelanjutan dan menghormati budaya. (saze/rel)
pariwisata yang berkelanjutan dan menghormati budaya. (saze/rel)