Notification

×

Iklan

Perlunya Rekonsiliasi Demi Membangun FORKI Menuju Prestasi yang Optimal

Minggu, 08 Oktober 2023 | 12:53 WIB Last Updated 2023-10-08T05:53:03Z

Zulkarnain Lubis, salah satu pengamat karate di Kota Medan. (Foto: Istimewa)

ARN24.NEWS
– Sejumlah insan karate di Kota Medan merasa prihatin melihat kondisi Federasi Olah Raga Karate Indonesia (FORKI) Medan terpecah pasca musyawarah cabang (muscab) yang menjadi dua kubu.


Hal itu seharusnya tidak terjadi bila semua pihak tetap memegang teguh janji karate sebagai landasan falsafah karate dan juga bila semua pihak lebih mengutamakan pembinaan yang berkelanjutan kepada atlet-atlet karate di medan diketahui sangat besar jumlahnya.


Dalam muscab, dari 23 perguruan karate yang terdaftar, hanya 12 perguruan yang mengikuti muscab, bahkan 2 perguruan statusnya hanya sebagai peninjau. Di sisi lain diketahui ada 12 perguruan yang menyatakan sikap bahwa muscab yang dilaksanakan tidak sah, dan menyatakan menolak seluruh hasil-hasil muscab termasuk terpilihnya ketua umum FORKI Medan terpilih.


"Bila diamati awal kericuhan di tubuh FORKI Medan tersebut dipicu oleh proses penjaringan calon ketua FORKI yang dianggap tidak profesional, bahkan jauh dari solidaritas dan rasa kekeluargaan yang seharusnya ada," ungkap Zulkarnain Lubis, salah satu pengamat karate di Kota Medan, Minggu (8/10/2023).


Dikatakannya, diketahui FORKI adalah infrastruktur yang diperlukan agar mampu mengoptimalkan sumber daya yang diperlukan untuk pembinaan atlet secara berjenjang. Namun kalau sudah seperti ini apa yang bisa dilakukan FORKI Medan ke depan?


"Membangun olah raga butuh kolaborasi besar dan bersatu padu dari seluruh stakeholder yang ada, oleh karenanya memang dibutuhkan kepemimpinan yang mumpuni untuk menggerakkan program kerja organisasi," katanya.


Persyaratan pokoknya, tambahnya lagi, tentu seluruh perguruan harus bergandengan tangan secara erat dan satu misi untuk mewujudkan prestasi-prestasi hebat karate Kota Medan.


"FORKI adalah wadah bersatunya seluruh perguruan menyusun program kerja dan melaksanakannya secara bersama-sama dengan hatinya karate. Bisa dibayangkan kalau sebagian besar perguruan tidak berada dalam satu perahu FORKI, jadi FORKI mau mengurus apa," sebutnya lagi.


Oleh sebab itu, Zul yang merupakan pembina olah raga karate ini juga mengakui inilah esensi perlunya FORKI yang kompak dan bangga dengan kebersamaan dan kekeluargaan yang dimiliki.


Maka bila adanya kisruh di tubuh FORKI satu keniscayaan, sudah pasti tidak bisa menghimpun sumber daya yang diperlukan sekaligus menjalankan program kerja secara optimal. Seluruh konsekuensi keadaan tersebut yang paling dirugikan adalah pembinaan atlet, padahal secara tradisi Kota Medan dikenal gudangnya atlet karate potensial. 


"Kalau kita masih mengatakan aku karate tentunya ini harus segera dibenahi dengan menyatukan seluruh potensi yang ada, organisasi tidak boleh dijalankan hanya dengan aturan-aturan formal saja (terlepas apakah telah dijalankan secara benar atau tidak) tetapi harus dilengkapi moralitas, etika dan komitmen membangun karate yang hebat. Bila ini yang dilakukan akan membangun legitimasi dan kepercayaan yang besar dari seluruh stakeholder karate kepada FORKI Medan. Melalui kepercayaan itulah FORKI akan efektif menjalankan visi misi dan program kerjanya," jelasnya meyakini.


Maka menurutnya, Apa yang harus dikerjakan sekarang adalah perlunya mendorong rekonsiliasi besar sehingga seluruh perguruan bersatu padu dalam FORKI dan bekerja sekuat tenaga melahirkan prestasi karate Kota Medan di tingkat nasional dan internasional.


"Dengan membuang seluruh kepentingan kelompok, jangka pendek dan ego masing-masing yang sebenarnya ditonton entitas karate hanya seperti dagelan dan lelucon yang tidak perlu dipertontonkan. Yuuk bangun kolaborasi karate Kota Medan untuk prestasi hebat..Osh," pungkasnya. (sh)