(Foto: Ilustrasi)
ARN24.NEWS – Ribuan warga di Kecamatan Simuk, Pulau Simuk, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, mengalami krisis pangan sepekan terakhir.
Demi bertahan hidup dan tidak ada beras, untuk sementara warga mengkonsumsi sagu, terigu.
"Di awal-awal dulu terjadinya kekurangan beras dulu, masyarakat konsumsi terigu, kanji, roti, indomie dan terakhir sagu. Karena ubi dan yang lain-lain di sana nggak ada," ujar Camat Simuk, Gentelman Bago, Kamis (21/9/2023).
Krisis pangan yang terjadi diakuinya berdampak terhadap kesehatan warganya. Bahkan anak-anak sudah mulai jatuh sakit.
"Kalau beberapa hari yang lalu, terlebih dua hari yang lalu sudah banyak anak-anak yang sakit, lemas," katanya.
"Namun belum ada yang meninggal dunia," lanjut dia.
Untuk mengatasi persoalan krisis pangan ini, Gentelman sudah berkoordinasi dengan Pemkab Nias Selatan. Hasilnya dikirim bantuan logistik sudah ada di pelabuhan Teluk Dalam dan Pulau Telo yang akan dibawa ke Pulau Simuk.
Pagi tadi, sejumlah kapal sudah berangkat menuju Palau Simuk dan diperkirakan akan tiba siang ini.
"Bantuan sudah ada di Teluk Dalam, namun belum bisa berlayar karena cuaca yang ekstrem, tapi kabarnya tadi pagi sudah bisa gerak baik yang dari Teluk Dalam maupun dari Pulau Telo," tutupnya.
Gentelman Bago menambahkan kapal pengangkut logistik ke Pulau Simuk sudah tidak beroperasi selama tiga pekan. Karena tidak ada pasokan makanan itulah yang membuat warga menjadi kelaparan.
"Kapal pengangkut logistik ini kan sudah ada tiga minggu tidak masuk dan krisis pangan itu sudah terjadi sejak 6 (atau) 7 hari yang lalu," katanya.
Menurut dia, sudah beberapa pekan terakhir gelombang besar terjadi di sekitar Pulau Simuk yang terdapat di Samudra Hindia.
"Karena badai gelombang besar (beberapa minggu belakangan)," ucapnya.
Jumlah penduduk Pulau Simuk sekitar 3.000 jiwa yang mengalami bencana kelaparan. Yang tersebar di 6 desa di Kecamatan Simuk.
"Kurang lebih 510 (kepala keluarga) atau kurang lebih 3.000 jiwa lah," ujarnya. (dts/sh)