ARN24.NEWS -- Dalam upaya mengatasi krisis kependudukan di Jepang, sekelompok lansia di negara tersebut dikabarkan berkumpul dalam sesi “Omiai” atau perjodohan untuk anaknya masing-masing. Acara yang diadakan di ruang konferensi di gedung Sakai Trade Federation, Osaka ini menampilkan total 60 warga lanjut usia yang bertemu dalam upaya mencari pasangan yang cocok untuk anak-anak mereka.
Kelompok lansia ini bertukar informasi tentang hobi anak-anaknya, film, dan restoran favorit, termasuk informasi tentang dirinya. Direktur perusahaan Noriko Miyagoshi, yang telah menyelenggarakan acara perjodohan selama hampir dua dekade, mengatakan gagasan orang tua membantu anak menemukan jodoh kini semakin meluas.
“Dulu mungkin masyarakat merasa malu untuk datang ke acara tersebut, namun zaman sudah berubah,” ujarnya kepada CNN.
Pada acara Omiai, seorang perempuan berusia 60-an yang hadir di sana dengan bangga bercerita tentang putranya yang berusia 34 tahun, seorang guru sekolah dasar negeri. Sementara seorang pria berusia 80-an bercerita tentang putranya yang berusia 49 tahun, yang bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah perusahaan listrik.
Diketahui bahwa setiap orang tua telah membayar sekitar Rp 1.500.000 untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh agen dukungan perjodohan Jepang. Jepang dikenal sebagai negara yang terkenal dengan masyarakatnya yang cenderung bekerja dan tidak menjadikan pencarian jodoh sebagai fokus utama.
Dengan meningkatnya biaya hidup, prospek ekonomi yang buruk, dan budaya kerja yang menuntut, jumlah orang Jepang yang memilih untuk menikah dan memiliki anak semakin berkurang. Di Jepang, jumlah pernikahan, kelahiran dan jumlah penduduk yang tercatat semakin sedikit.
Jepang dipusingkan oleh tingkat kelahiran yang rendah dan populasi penduduknya yang terus menua. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pernah mengingatkan risiko ini.
Angka kelahiran Jepang menurun di banyak negara maju, tetapi di Jepang masalah ini sangat akut karena memiliki proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas tertinggi kedua di dunia, setelah negara kecil Monaco, menurut data Bank Dunia.
Populasi Jepang telah lama menunjukkan tren penurunan dan pada bulan Januari tahun ini, menurut data pemerintah, telah menyusut antara 800.523 dan 125,4 juta jiwa. (hdy/nt)