Notification

×

Iklan

Dunia Dihebohkan Virus Oz, Ini Pengertian dan Gejalanya...

Selasa, 27 Juni 2023 | 14:42 WIB Last Updated 2023-06-27T08:00:30Z

ARN24.NEWS --
Seorang wanita berusia 70-an di Ibaraki Timur, Tokyo Utara, Jepang, meninggal dunia setelah terinfeksi virus Oz. Wanita tua itu kemudian tercatat sebagai kasus kematian pertama di dunia.

Apa Itu Virus Oz?
Virus Oz merupakan anggota baru dari genus Thogotovirus. Ia berasal dari kumpulan 3 nimfa (hewan muda) kutu Amblyomma testudinarium yang dikumpulkan di Prefektur Ehime, Jepang, pada 2018. Virus ini bersifat zoonosis atau ditularkan melalui hewan ke manusia.

Pada manusia, Thogotovirus telah menyebabkan ensefalitis (radang otak), penyakit demam, hingga kematian. Sementara, virus ini juga bisa memicu keguguran domba yang mengandung. Dalam jurnal Emerging Infectious Disease dari National Institute of Health Inggris (NIH), virus Oz juga memicu infeksi pada tikus yang menyusui.

NIID Tokyo menuturkan, antibodi terhadap virus Oz ditemukan pada monyet liar, babi hutan, dan rusa yang berhabitat di prefektur Chiba, Tokyo, Gifu, Mie, Wakayama, Yamaguchi, dan Oita. Selain itu, dua pemburu di Yamaguchi juga dilaporkan positif antibodi.

Gejala Virus Oz
Dalam kasus wanita berusia 70-an itu, Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang membeberkan bahwa awalnya pada musim panas 2022, wanita itu pergi ke dokter. Saat itu, gejala yang dikeluhkan demam dan kelelahan.

Dalam laporan Kyodo News, wanita tersebut akhirnya didiagnosis mengidap pneumonia (radang paru-paru). Dikarenakan kondisinya yang semakin buruk, dia akhirnya menjalani perawatan di rumah sakit.
Selama menjalani rawat inap, dokter mendapati sebuah kutu yang semakin membesar di paha kanan. 

Sayangnya, wanita tersebut meninggal dunia 26 hari setelahnya akibat miokarditis atau peradangan otot jantung.

"Saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk virus Oz yang tidak ditemukan selain di Jepang," ujar National Institute of Infectious Diseases (NIID) Tokyo, dikutip dari Kyodo News, Minggu (25/6/2023).
NIID menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut mengenai virus ini. Sementara itu, masyarakat Jepang diminta untuk benar-benar memahami gejala dan kemungkinan risiko yang berkaitan dengan infeksi tersebut.

"Penting untuk menutupi kulit sebanyak mungkin saat memasuki daerah berumput agar Anda tidak digigit kutu ini," kata seorang pejabat di Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang. (dtc/nt)