Notification

×

Iklan

Asia Tenggara Jadi Jalur Produksi dan Penyelundupan Sabu Tercatat Salah Satunya Sebagai Negara Miskin

Minggu, 04 Juni 2023 | 11:47 WIB Last Updated 2023-06-04T04:47:08Z

ARN24.NEWS --
Para pengedar narkoba menemukan cara baru untuk menyelundupkan crystal methamphetamine alias ice (sabu-sabu), lewat Asia Tenggara ke pelanggan yang mampu membayaran tinggi di luar wilayah tersebut, menurut laporan lembaga urusan narkoba Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pihak berwenang meyakini geng-geng kriminal menemukan cara untuk “mendiversifikasi” jaringan mereka dan memindahkan narkoba menggunakan jalur alternatif lewat laut. Awal pekan ini, setelah melakukan operasi empat bulan membuntuti penyelundup narkoba, pihak berwenang Thailand menyita lebih dari 900kg sabu-sabu dari kapal pukat di Teluk Thailand, sekitar 32km (20 mil) dari pulau wisata Samed. Enam anggota awak ditangkap dalam operasi itu.

Petugas mengatakan obat-obatan terlarang itu akan dipindahkan dari kapal kecil Thailand ke kapal pukat yang lebih besar yang kemungkinan untuk membawa obat-obatan itu ke Australia.

Geng-geng kriminal menyelundupkan lebih banyak narkoba lewat laut untuk menghindari patroli darat di Thailand dan China, sehingga lebih sulit ditemukan.

“Pada tahun 2022, kami melihat mereka bekerja di sekitar perbatasan Thailand lebih dari sebelumnya,” kata Jeremy Douglas, perwakilan regional UN Office on Drugs and Crime, seperti dikutip BBC Jumat (2/6/2023).

“Pedagang narkoba terus mengirimkan volume besar melalui Laos dan Thailand bagian utara, tetapi pada saat yang sama mereka lebih banyak memasoknya melalui Myanmar bagian tengah ke Laut Andaman, di mana tampaknya jarang terpantau aparat,” kata Douglas.

Negara bagian Shan di Myanmar diyakini sebagai pusat  perdagangan sabu-sabu terbesar di dunia. Para penyelundup mengapalkan narkoba itu melewati perbatasan Laos, Kamboja dan Thailand, daerah yang populer dengan sebutan Golden Triangle (Segitiga Emas).

Sabu-sabu dibuat dalam dua bentuk utama, yaitu pil yang dikenal sebagai yaba atau ice yang membuat penggunanya sangat ketagihan. Sabu-sabu itu dijual di Jepang, Korea Selatan, Australia dan New Zealand, kata UN Office on Drugs and Crime.

Kurun beberapa tahun terakhir, polisi Thailand dan China, yang didukung oleh pasukan negara-negara tetangga, meningkatkan operasi anti-narkoba di Segitiga Emas.

Geng-geng kriminal menggunakan Thailand sebagai negara transit untuk dapat menjual sabu-sabu dengan harga lebih tinggi ke negara ketiga seperti Australia atau New Zealand di mana nilai jalanan obat tersebut bisa 10 kali lebih tinggi daripada di Bangkok.

Sabu-sabu yang dibuat di Myanmar juga dijual ke Bangladesh dan India, menurut laporan tersebut. Tahun lalu, pihak berwenang Thailand dan China menyaksikan penurunan jumlah narkoba yang berhasil disitanya.

Polisi di seluruh kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara menyita hampir 151 ton metamfetamin pada tahun 2022, turun dibandingkan rekor 172 ton pada tahun 2021. Namun, harga 1kg sabu-sabu berada pada titik terendah sepanjang masa, yang menunjukkan bahwa pasokannya masih tinggi.

Perdagangan besar sabu-sabu dan obat-obatan terlarang lainnya, yang sebagian besar mengalir dari laboratorium super di beberapa negara bagian Myanmar, juga tidak menunjukkan tanda-tanda melambat, kata badan PBB tersebut memperingatkan.

Pihak berwenang di seluruh wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara juga menyita 27,4 ton ketamin pada tahun 2022, yang merupakan obat bius yang disalahgunakan sebagai obat pesta. Penyelundupannya naik 167% pada tahun 2021.

Laporan tersebut menyebutkan perihal satu laboratorium ketamin di Kamboja yang menurut mereka mampu berproduksi dalam “skala industri”. Laporan itu juga menyatakan keprihatinan bahwa Kamboja telah menjadi “tempat transit utama dan pusat produksi untuk perdagangan narkoba regional”.

“Penemuan serangkaian laboratorium ketamin rahasia, gudang pemrosesan, dan fasilitas penyimpanan di seluruh negeri membunyikan lonceng peringatan di wilayah tersebut,” kata laporan itu. (hdy/nt)