Ilustrasi. China terancam kehilangan banyak jutawannya pada tahun ini karena migrasi. (istockphoto/blackred)
ARN24.NEWS – Penelitian terbaru menyatakan China akan kembali kehilangan warga berstatus jutawan karena migrasi pada tahun ini.
Menurut laporan konsultan migrasi investasi Henley & Partners, 10.800 individu berpenghasilan tinggi bermigrasi dari Negeri Tirai Bambu pada 2022. Sementara, untuk 2023 diperkirakan 13.500 orang tajir lainnya yang pergi meninggalkan China.
Andrew Amoils, kepala penelitian di perusahaan intelijen kekayaan global New World Wealth yang membantu membuat laporan itu mengatakan migrasi orang kaya di China bukan hal baru.
Menurutnya, jutawan China telah ramai-ramai meninggalkan negara selama satu dekade terakhir. Hal ini menyebabkan pertumbuhan kekayaan secara umum di negara itu melambat.
"Aliran keluar baru-baru ini bisa lebih merusak dari biasanya. Perekonomian Tiongkok tumbuh dengan kuat dari tahun 2000 hingga 2017, tetapi pertumbuhan kekayaan dan jutawan di negara tersebut telah diabaikan sejak saat itu," kata Amoils seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (17/6).
Selain China, negara lain yang akan kehilangan orang-orang kaya adalah India. Henley & Partners memperkirakan India akan kehilangan 6.500 jutawan tahun ini.
Angka ini jauh lebih tinggi dibanding migrasi tahun lalu yang cuma 1.000 orang. Masalah Undang-Undang Perpajakan hingga aturan rumit soal pengiriman uang ke luar negeri disebut sebagai pemicu tren migrasi ini.
Negara-negara Asia lainnya yang diperkirakan akan melihat jutawan meninggalkan negara mereka adalah Hong Kong.
Negara itu diperkirakan akan kehilangan 1.000 jutawan tahun ini. Lalu, Korea Selatan dan Jepang masing-masing bisa kehilangan 800 dan 300 jutawan.
Laporan menunjukkan penduduk Hong Kong berbondong-bondong meninggalkan kota tahun lalu karena pembatasan covid-19 dan erosi norma demokrasi.
Lebih lanjut, terlepas dari kerusuhan politik dan ketidakpastian ekonomi dari perang Moskow di Ukraina, Rusia diperkirakan hanya akan kehilangan 3.000 jutawan tahun ini. Jumlah ini turun tajam dari 8.500 pada tahun 2022.
Rusia menempati posisi keempat dalam peringkat Henley & Partners, setelah Inggris Raya yang bisa kehilangan 3.200 jutawan tahun ini, dua kali lipat dari migrasi tahun sebelumnya.
Di sisi lain, Australia dapat mengungguli Uni Emirat Arab (UEA) dalam menyambut jumlah jutawan tertinggi tahun ini. Australia diperkirakan akan menerima 5.200 jutawan yang bermigrasi dari negara asal mereka.
Sementara, UEA berada di urutan kedua dengan 4.500 orang. Kemudian, Singapura berada di peringkat ketiga dengan menerima 3.200 jutawan.
Negara-negara Barat, secara keseluruhan, tetap menjadi tujuan yang menarik bagi para jutawan, tercata AS (2.100), Swiss (1.800), dan Kanada (1.600), semuanya menempati posisi 10 besar. (mrh)