(Foto: Istimewa)
ARN24.NEWS – Penolakan Israel yang berujung Piala Dunia U-20 2023 gagal digelar di Indonesia masih jadi polemik. Padahal langkah itu dianggap sudah sesuai UUD 1945.
Bali sedianya jadi satu dari enam kota alias host city untuk Piala Dunia U-20 di Indonesia. Bali bahkan juga disiapkan jadi lokasi sesi drawing. Namun, sesi drawing yang seharusnya dihelat 30 Maret akhirnya dibatalkan, yang berujung dicabutnya hak Indonesia sebagai tuan rumah.
Padahal Bali di awal sudah menunjukkan komitmennya untuk menjadi host city Piala Dunia U-20. Tapi, Gubernur Bali I Wayan Koster di pertengahan Maret berubah 180 derajat dengan menolak kedatangan Israel.
Ini kemudian yang disinyalir jadi salah satu alasan mengapa FIFA membatalkan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Penolakan Koster dan juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo adalah pemicunya.
Kedua tokoh politik asal PDI Perjuangan itu kemudian menjadi sasaran amuk suporter dan juga pemain yang sudah menanti Piala Dunia U-20 selama empat tahun terakhir.
Hal itu dinilai wajar namun Indonesia, dalam hal ini Bali sudah bertindak tepat dengan menolak kedatangan Israel. Sebab keputusan itu sudah sesuai dengan Undang-undang Dasar Negara tanun 1945, yakni soal tidak adanya hubungan diplomatik dengan Israel.
Kalaupun Israel dipaksakan datang, maka itu akan mengancam keamanan di Bali. Apalagi I Wayan Koster sebagai orang nomor satu di provinsi itu mengaku trauma dengan sejarah buruk bom Bali.
"Sangat dapat dipahami jika para penggemar sepak bola itu mengalami kekecewaan besar, termasuk para pemain Timnas U-20 yang gagal tampil di perhelatan Piala Dunia itu," kata Wakil Ketua Komisi VI DPR RI yang berasal dari PDIP Bima Arya.
"Tetapi, apakah kita bermain sepak bola di sini, sementara di Palestina terjadi fakta upaya menghilangkan Palestina dari peta dunia oleh rezim zionis Benjamin Netanyahu? Kalau itu terjadi dan kita diam saja, maka ya mari kita revisi Pembukaan UUD 1945, penjajahan di muka bumi harus dihapuskan," kata Bima Arya melanjutkan dalam sebuah acara diskusi di salah satu stasiun TV Swasta.
"Untuk dasar negara, pasti, para pendiri bangsa kita sudah berkomitmen dan bersepakat pada 18 Agustus 1945 bahwa Pancasila tertuang dalam Pembukaan UUD 1945."
"Tujuan kita membuat negara ini ini bukan hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi juga ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," tegasnya.
Sempat muncul opsi kalau Indonesia mau menjadi tuan rumah bersama dengan Singapura agar laga-laga Israel digelar di sana, namun ditolak. Lalu ada juga pilihan bahwa atribut yang berbau Israel, termasuk bendera dilarang dan tanpa penonton.
"Kalau kita bangsa besar, percayalah kita masih bisa main di Piala Dunia pada kesempatan yang lain. Kita punya orang-orang yang punya kemampuan petarung," tegasnya.
Indonesia sendiri bisa bernapas lega karena lolos dari sanksi FIFA setelah gagal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut Indonesia cuma "dikartukuning" dan ditahan penyaluran dana FIFA Forward, yang biasanya digunakan untuk pengembangan sepakbola.
"Semua Exco, pelatih, pemain, masyarakat sepakbola, yang terus berjuang untuk harga diri kita, demi bendera dikibarkan di mancanegara. Kita harus serius mempersiapkan tim nasional, ini menjadi penting, bahwa prestasi memang nyata," kata Erick Thohir dalam sambutannya di depan Timnas U-22, Jumat (7/4/2023). (dtc)