MTQ rutin digelar setiap tahun menghasilkan qari-qariah berbakat.(ANTARA FOTO)
ARN24.NEWS -- Seni membaca Al-Qur'an dengan langgam merupakan salah satu bidang yang rutin menghasilkan prestasi bagi Indonesia di kancah dunia. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia dianugerahi bakat qari-qariah yang berlimpah.
Sebut saja Maria Ulfah, qariah Indonesia yang berhasil menjadi Juara 1 Kompetisi Tilawah Al-Qur'an Tingkat Internasional pada 1980. Begitu pula dengan Mu'min Ainul Mubarak, qari pemenang kompetisi yang juga dikenal dengan MTQ Internasional pada 2008.
Pada 2019 dilaporkan, Indonesia mencetak lima juara satu MTQ Internasional. Mereka adalah Ihsan Ramadan di MTQ Internasional di Qatar, Salman Amrillah di Iran, Syahroni di Bahrain, Syamsi Firdaus di Turki, dan Miftah Farid di Maroko.
Masih di tahun yang sama, dua qari mencetak juara dua MTQ Internasional, yaitu Qadar Asmadi di Kuwait dan Wardah di Malaysia.
Selain nama-nama tersebut, masih banyak qari-qariah lain yang pernah mencatatkan namanya sebagai pemenang di kompetisi tersebut, baik dalam level nasional maupun internasional.
Dr. KH. Muhsin Salim, M.A, pakar qiraah saba dan akademisi Institut PTIQ Jakarta, mengungkapkan bahwa qari-qariah Indonesia memang kerap mendapat pujian dari negara lain.
Muhsin menceritakan kepada CNNIndonesia.com bahwa rekannya dari Arab Saudi memuji penampilan Mu'min Ainul Mubarak yang tengah berkompetisi di Malaysia pada 2008 silam.
"Waktu saya [jadi] Dewan Hakim (MTQ) di Malaysia, teman Dewan Hakim dari Arab Saudi mengatakan, 'luar biasa Indonesia ini dan juara satu waktu di Malaysia, Mu'min Mubarak," katanya.
Pujian juga ia sebut datang dari Dewan Hakim MTQ Internasional dari Turki, yang mengatakan bahwa qari-qariah Indonesia melantunkan Al-Qur'an dengan lagu yang "luar biasa".
Prestasi qari-qariah Indonesia di dunia seni tilawah Al-Qur'an bukan tanpa sebab. Muhsin Salim menyebutkan sejumlah faktor yang mempengaruhi hal tersebut.
Faktor pertama yaitu kompetisi yang berkelanjutan dan prestise. Indonesia mempunyai dua kompetisi tilawah paling bergengsi di tingkat nasional, yaitu Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur'an (STQ). MTQ Nasional digelar setiap tahun genap, sementara STQ Nasional digelar setiap tahun ganjil.
Selain menjadi ajang kompetisi, gelaran tersebut juga merupakan wadah pencarian bakat qari-qariah yang tersebar di berbagai daerah. Hal tersebut juga diamini oleh Muhsin Salim yang telah lama berkecimpung di bidang ini.
"Ini juga yang mendorong betapa majunya qari-qariah di Indonesia, karena MTQ-STQ yang diadakan secara nasional," tuturnya.
"Masing-masing ingin juara, sehingga buat variasi [lagu] sendiri yang beda dengan lainnya. Setiap orang yang ikut musabaqah kan ingin berprestasi, ingin juara satu. Jadi, mereka terus belajar," ujar Muhsin Salim.
Keberhasilan mencetak talenta lewat kompetisi juga didukung dengan peran pembinaan yang terstruktur dan aktif.
Dalam hal ini, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) yang ada nyaris di setiap provinsi berperan menjaring talenta qari-qariah, bahkan mulai dari tingkat kelurahan/desa.
Muhsin Salim juga mengaku kerap mengingatkan kepada orang-orang di LPTQ untuk bisa memantau bibit qari-qariah sejak usia anak.
"Saya selalu anjurkan, tolong supaya majelis taklim yang ada di LPTQ provinsi coba mengingatkan ke kabupaten. Kalau ada qari anak-anak kecil, tolong catat namanya. Dari anak kecil harus dibina, diajarkan," pungkasnya. (cnn)