Notification

×

Iklan

Investasi Emas, Dolar, atau Saham? ini Pilihannya

Sabtu, 12 Maret 2022 | 10:44 WIB Last Updated 2022-03-12T03:44:20Z

Ilustrasi uang cash. (Foto: CNNIndonesia.com)



ARN24.NEWS
-- Gelombang gejolak ekonomi di dunia, termasuk di Indonesia, seperti tidak ada habisnya. Usai dihantam dampak pandemi covid-19, dunia dikhawatirkan oleh disrupsi rantai pasokan dan ancaman inflasi yang muncul akibat pemulihan permintaan secara serentak tidak diikuti oleh pasokan yang memadai.


Belum juga teratasi, kini muncul ancaman baru akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Pertikaian kedua negara yang sudah berlangsung selama dua pekan itu membuat ekonomi dunia makin tak pasti.


Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut perang kedua negara membuat ekonomi dunia mengalami roller coaster. Bagaimana tidak, berbagai harga komoditas yang tadinya lesu kini meroket memecahkan rekor.


Misalnya, harga batu bara yang dulu di kisaran US$80 per metrik ton (MT) kini menjadi US$400 per MT. Belum lagi harga minyak yang melonjak menjadi US$135 per barel, terpaut jauh jika dibandingkan saat pandemi covid-19 baru diumumkan pada 2020 lalu di level minus.


Mengikuti ketidakpastian itu, berbagai instrumen keuangan dan investasi pun ikut-ikutan bergerak tak menentu mengekor perkembangan terbaru. Lalu, masyarakat awam harus apa? Apa instrumen investasi yang tepat dipilih di tengah ketidakpastian ekonomi global? Berikut ulasannya.


1. Logam Mulia, Emas Dkk


Analis Komoditas sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan dalam situasi ekonomi tak kondusif, Anda sebaiknya mengamankan dana menganggur Anda ke instrumen logam mulia, entah itu emas batangan atau emas perhiasan 24 karat.


Pasalnya, di tengah gejolak komoditas investor bakal memilih menyimpan uangnya di safe haven untuk melindungi nilai uang mereka dari fluktuasi pasar.


Sebagai informasi, emas digolongkan sebagai instrumen aman karena nilainya cenderung stabil ketika pasar berisiko tengah bergejolak.


Ibrahim menilai rentang yang ideal untuk masuk mengoleksi emas adalah di bawah Rp1 juta per gram. Walau saat ini nilai emas tengah tinggi, namun dia menilai masih ada kesempatan Anda mengoleksi di rentang harga Rp950 ribu per gram-Rp970 ribu per gram.


"Secara jangka pendek bisa dimasukkan ke logam mulia atau emas perhiasan karena emas dunia sedang terkoreksi, nah koreksi ini bisa dimanfaatkan yang punya dana menganggur," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (12/3/2022).


Ia menyarankan masuk ke instrumen emas karena ia melihat ada peluang logam mulai dapat mencapai nilai Rp1,15 juta per gram. Di sisi lain, ia mengingatkan kalau masuk ke pasar emas bersifat jangka pendek karena harga berpotensi anjlok ketika perang Ukraina-Rusia berakhir.


2. Dolar AS


Selain emas, Ibrahim menilai dolar AS juga bisa dijadikan instrumen yang tepat untuk berlindung dari inflasi. Seperti yen Jepang, ia menyebut dolar AS masih superior dibandingkan dengan mata uang dunia lainnya yang lebih fluktuasi.


Ibrahim menyebut sebaiknya membeli dolar AS ketika rupiah menguat karena ada potensi dolar AS menguat menyentuh level Rp14.500-an. Ia menilai level tersebut adalah saatnya Anda melepas mata uang Paman Sam.


Layaknya emas, koleksi dolar AS juga bersifat jangka pendek dalam 1-2 bulan ke depan. Ia memproyeksikan kondisi akan berbalik ketika konflik kedua negara merenggang.


3. Saham


Perencana Keuangan Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho menyebut salah satu pelaku usaha yang diuntungkan dari gejolak ekonomi saat ini adalah sektor energi. Hal tersebut tercermin dari saham di sektor migas dan nikel yang melonjak dalam dua pekan terakhir.


Kendati demikian, ia mengingatkan untuk berhati-hati mengoleksi saham energi karena harganya yang sudah naik cukup tinggi. Untuk alternatif, ia melihat saham turunan seperti perusahaan transportasi yang mengangkut mineral mungkin berprospek baik.


Untuk Anda yang punya profil investasi konservatif, ia menyarankan untuk memilih reksa dana yang menyasar pasar tertentu.


Ibrahim juga menilai saham energi menarik untuk dikoleksi untuk jangka pendek. Ia mengingatkan untuk berhati-hati agar tak 'nyangkut' di pucuk karena harganya yang kini sudah tinggi. Walau begitu, ia melihat masih ada waktu 2-3 bulan ke depan untuk mengambil keuntungan dari gejolak ekonomi.


4. Jangan Kelebihan Cash


Menurut Ibrahim dan Andy, sekitar 50 persen dari dana menganggur Anda sebaiknya diinvestasikan ke instrumen aman saat ini. Pasalnya, inflasi yang menekan mata uang dunia, tak terkecuali rupiah, bakal memangkas nilai uang Anda.


Ibrahim berpendapat Anda bakal rugi kalau tak menginvestasikan uang karena inflasi menyerang dari berbagai sisi. Dalam jangka panjang pun uang tunai Anda akan menyusut, sedangkan jika disimpan di instrumen keuangan lainnya aset bakal menghasilkan untung tertentu.


Sementara, Andy menyarankan memegang 50 persen uang tunai di tengah ketidakpastian saat ini sehingga jika investasi Anda merugi, Anda punya pegangan untuk kebutuhan yang tidak terduga. (wella andany/agt)